top of page

Demam Dengue pada Anak


Demam Dengue pada Anak


Emia Harinda Sinulingga

RSU Wulan Windy


ABSTRAK

Demam dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti  betina dan Aedes albocpictus. Demam dengue ditemukan di wilayah tropis dan subtropis di seluruh dunia, terutama pada daerah perkotaan dan semi perkotaan. Indonesia sebagai salah satu negara dengan iklim tropis memiliki risiko tinggi sebagai tempat berkembangnya beragam penyakit, termasuk penyakit yang dibawa oleh vektor nyamuk. Pada kasus ini didapatkan pasien anak laki-laki berusia 14 tahun dengan keluhan utama demam sejak 3 hari SMRS. Keluhan disertai dengan badan terasa lemas dan nyeri otot terutama otot-otot kaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39°C (suhu aksila), tidak dijumpai adanya perdarahan spontan dan petekia. Dari hasil pemeriksaan darah rutin,  diketahui bahwa pasien mengalami  trombositopenia dan leukopenia. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis demam dengue tanpa warning sign dengan tata laksana untuk pasien berupa pemberian terapi cairan dan obat-obatan simtomatik.

Kata kunci: Aedes aegypti, demam dengue, leukopenia, trombositopenia, vektor


PENDAHULUAN

Demam dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina dan Aedes albocpictus.1 Wilayah Asia Tenggara merupakan salah satu daerah endemik demam dengue. Indonesia sebagai salah satu negara dengan iklim tropis memiliki risiko tinggi sebagai tempat berkembangnya beragam penyakit, terutama pernyakit yang dibawa oleh vektor.2 Menurut data WHO tahun 2023, Indonesia menjadi salah satu dari 30 negara dengan kasus demam dengue terbanyak di dunia1 Virus dengue (DEN) memiliki  empat jenis serotipe yang berbeda yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Setiap jenis serotipe virus dengue dapat menyebabkan demam dengue dan dengue berat (lebih dikenal sebagai demam berdarah dengue).2 Virus dengue akan bereaksi dengan sistem kekebalan tubuh, di mana reaksi tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah kapiler. Pembuluh darah menjadi lebih rapuh bahkan mengalami kebocoran plasma sehingga masuk ke ekstravaskuler.2,3

Demam dengue ditandai dengan adanya demam tinggi mendadak (>39oC) selama 5-7 hari. Selain itu, gejala lainnya adalah adanya nyeri otot/sendi, nyeri retro-orbital pada saat mata digerakkan atau ditekan, nyeri epigastrik, nyeri pada bagian inguinal, lemah, terjadi perubahan rasa pada pengecapan yang menimbulkan penurunan nafsu makan. Biasanya gejala-gejala tersebut terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu.3,4 Diagnosis infeksi virus dengue dapat ditegakkan  dengan dua cara yaitu dari gejala klinis maupun hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium menjadi gold standard dalam penegakan diagnosis penyakit ini. Metode diagnosis laboratorium digunakan untuk mengonfirmasi infeksi virus dengue yang melibatkan deteksi virus, asam nukleat virus, antigen atau antibodi, atau kombinasi dari teknik ini.4


LAPORAN KASUS

Pasien anak laki-laki berusia 14 tahun dibawa oleh ibunya ke IGD RS (17/11/2023) dengan keluhan utama demam yang naik turun sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Ibu pasien tidak mengukur suhu tubuh pasien sebelumnya. Demam turun dengan pemberian obat penurun panas dan kembali naik beberapa jam kemudian. Keluhan disertai dengan badan lemas dan nyeri otot, terutama pada otot-otot kaki. Nyeri otot yang dirasakan hilang timbul, namun tidak mengganggu aktivitas. Pasien tidak mengalami mual, muntah, batuk dan pilek, diare, nyeri telan, bintik merah pada kulit, gusi berdarah, ruam pada tubuh, mata cekung, nyeri perut, mimisan, sesak, serta BAB dan buang air kecil (BAK) dalam batas normal. Tidak ada riwayat penyakit serupa sebelumnya, serta tidak ada riwayat sakit serupa di keluarga, lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah.

Pasien dilahirkan dari ibu G1P1A0 usia 26 tahun, lahir normal, hamil aterm, persalinan dengan ditolong oleh bidan. Berat badan lahir bayi 2.900 gram, panjang badan lahir 48 cm, lahir langsung menangis, tidak biru, dan tidak kuning. Selama hamil, ibu rutin melakukan pemeriksaan kehamilan setiap bulan di bidan, mengonsumsi tablet zat besi dan asam folat. Tidak ada riwayat ibu sakit saat hamil. Tidak ada riwayat ibu mengonsumsi obat di luar resep dokter dan jamu. Pasien mendapatkan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan dan pada usia 6 bulan mulai mendapatkan ASI ditambah dengan makanan pendamping ASI (MPASI) berupa bubur. Saat usia 12 bulan, anak mulai dikenalkan dengan makanan keluarga.

Riwayat imunisasi pasien, yaitu telah mendapat imunisasi dasar lengkap sesuai usia (hepatitis B 4x, polio 4x, BCG 1x dengan skar (+), DPT 3x, Haemophilus influenzae tipe B (HiB) 3x, campak 1x). Pasien menerima imunisasi dasar yang lengkap dengan booster, namun vaksin dengue belum pernah dilakukan. Hasil skrining perkembangan pasien yaitu pasien normal sesuai dengan perkembangan usianya. Saat ini pasien sekolah kelas 2 SMP, pasien aktif dan dapat mengikuti kegiatan sekolah dengan baik, pasien tidak pernah tinggal kelas, dan hubungan dengan teman baik.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien komposmentis, tekanan darah 125/75 mmHg, nadi 95x/menit, laju pernapasan 20x/menit, saturasi oksigen 99%, dan suhu aksila 39oC. Berat badan 53 kg, tinggi badan 150 cm. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai adanya ruam pada kulit ataupun tanda perdarahan lainnya seperti munculnya petekia, epistaksis, gusi berdarah, melena, dan hematuria. Dari hasil pemeriksaan darah rutin (17/11/23), didapatkan nilai hemoglobin (14,7 g/dl), hematokrit (45,5%), leukosit (2.820/mm3), trombosit (135.100/ml).

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis demam dengue tanpa warning sign. Pasien dirawat selama 4 hari di ruangan anak lantai 4A. Selama dirawat pasien mendapatkan infus ringer laktat, injeksi Norages® 500 mg/8 jam bila demam >380C, dan dilakukan pemeriksaan darah rutin per hari dengan hasil sebagai berikut:

  1. Pada hari perawatan ke-2 (18/11/23) dilakukan pemeriksaan laboratorium darah ulang, didapatkan nilai hemoglobin 15,2 g/dl, hematokrit 48,1%, leukosit 4.150/mm3, trombosit 57.600/m

  2. Pada hari perawatan ke-3 (19/11/23) dilakukan pemeriksaan laboratorium darah ulang, didapatkan nilai hemoglobin 15,0 g/dl, hematokrit 46,4%, leukosit 4.290/mm3, trombosit 79.800/m Selain itu dilakukan pemeriksaan uji serologi dengue didapatkan hasil IgM(+) dan IgG(-).

  3. Pada hari perawatan ke-4 (20/11/23) dilakukan pemeriksaan laboratorium darah ulang, didapatkan nilai hemoglobin 14,9 g/dl, hematokrit 46,1%, leukosit 4.290/mm3, trombosit 142.500/m

Kondisi akhir pasien saat diperiksa yaitu pasien dalam kondisi baik, tidak ada keluhan dan terjadi peningkatan nilai trombosit sehingga pasien dapat dipulangkan.


DISKUSI

Pada kasus ini pasien adalah seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dengan keluhan utama demam yang naik turun sejak 3 hari SMRS. Ibu pasien tidak mengukur suhu tubuh pasien sebelumnya. Demam turun dengan pemberian obat penurun panas dan suhu tubuh kembali naik beberapa jam kemudian. Keluhan disertai dengan badan terasa lemas dan nyeri otot khususnya pada otot-otot kaki. BAB dan BAK pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh aksila 39oC, tidak ditemukan adanya ruam pada kulit ataupun tanda perdarahan lainnya seperti munculnya petekia, epistaksis, gusi berdarah, melena, dan hematuria.

Pada pemeriksaan darah rutin (17/11/23) didapatkan hasil trombositopenia (135.100/ml), leukopenia (2.820/mm3), nilai hemoglobin dan hematokrit masih dalam batas normal. Pemeriksaan darah rutin per hari dilakukan pada pasien selama rawat inap. Dari pemeriksaan darah rutin (18/11/23), didapatkan nilai trombosit pasien semakin menurun (57.600/ml), leukosit 4.150/mm3. Pada hari perawatan ke-3 (19/11/23), nilai trombosit 79.800/ml, leukosit 4.290/mm3. Memasuki hari perawatan ke-4 (20/11/23) nilai trombosit pasien mulai meningkat menjadi 142.500/ml.  Pemeriksaan serologi antibodi IgM dan IgG juga dilakukan untuk mengetahui dan memastikan adanya infeksi virus dengue di dalam tubuh anak. Hasil pemeriksaan serologi pasien menunjukkan hasil berupa antibodi IgM  positif dan IgG negatif yang menandakan adanya infeksi primer virus dengue.

Manifestasi demam dengue ditandai dengan adanya demam tinggi mendadak (>39oC) selama 5-7 hari. Demam biasanya diikuti adanya nyeri otot/sendi, nyeri retro-orbita pada saat mata digerakkan atau ditekan, nyeri epigastrik, nyeri pada bagian inguinal, lemah, terjadi perubahan rasa pada pengecapan yang menimbulkan penurunan nafsu makan. Pada umumnya,  berbagai gejala tersebut timbul dan bertahan dalam jangka waktu beberapa hari hingga beberapa minggu.3, 4 Diagnosis infeksi virus dengue ditegakkan dengan 2 cara yaitu dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium menjadi gold standard dalam penegakan diagnosis penyakit ini.  Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2022, kasus demam dengue paling banyak terjadi pada anak usia >15 tahun, yaitu sebanyak 39%, diikuti dengan kelompok usia 5–14 tahun sebanyak 35%, usia 1–4 tahun sebanyak 12%, dan usia <1 tahun sebanyak 2%.5 Uji hematologi rutin yang dilakukan pada pasien dengan infeksi virus dengue antara lain dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah trombosit. Dalam uji laboratorium, ditemukan jumlah sel darah putih dalam batas normal pada awal perjalanan penyakit, namun akan menurun sehingga menyebabkan terjadinya leukopenia yang dapat berlangsung hingga fase demam berakhir. Hasil pemeriksaan trombosit didapatkan penurunan nilai trombosit (trombositopenia) sampai <100.000/ml, akan tetapi pada kondisi yang berat,  trombositopenia dapat mencapai <50.000/ml.4

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa tes serologi antibodi IgM dan IgG dapat mengidentifikasi adanya infeksi tambahan dan merupakan alat diagnostik yang penting dalam mendeteksi infeksi virus dengue. IgM dan IgG dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan ELISA dan hanya menggunakan serum tunggal. Metode ELISA mempunyai tingkat sensitivitas sebesar 78%. IgM anti-dengue pada umumnya terdeteksi pada hari ke-5 setelah pasien terinfeksi virus dengue. Pada infeksi dengue primer, IgG anti-dengue muncul lebih lambat dibandingkan dengan IgM anti-dengue, tetapi pada infeksi sekunder muncul IgG anti-dengue dapat terdeteksi lebih cepat. Kadar IgG anti-dengue bertahan  lama dalam serum.6, 7

Sebagai kesimpulan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,  pasien didiagnosis demam dengue tanpa warning sign dengan tata laksana untuk pasien berupa pemberian cairan dan obat-obatan simtomatik. Selain itu, pasien juga dianjurkan untuk banyak mengonsumsi air putih.


DAFTAR PUSTAKA

  1. World Health Organization. (2023). Disease Outbreak News; Dengue – Global situation. World Health Organization. Diakses pada 19 Februari 2024, dari https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON498..

  2. Candra Demam berdarah dengue: Epidemiologi, patogenesis, dan faktor  risiko penularan. Aspirator. 2010;02(02);110-119.

  3. Mariko R, Hadinegoro Profil klinis, laboratorium, dan serologi infeksi virus dengue pada bayi. Sari Pediatri. 2015;16(6);441-5.

  4. World Health Organization. (2011). Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. India: WHO Library Cataloguing-in-Publication

  5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022) Laporan Tahunan 2022 Demam Berdarah Dengue. Diakses pada 22 Februari 2024, dari https://p2p.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2023/06/FINAL_6072023_Layout_DBD-1.pdf.

  6. Elling R, Henneke P, Hatz C, Hufnagel M. Dengue fever in children: Where are we now? The Pediatric Infectious Disease Journal. 2013;32(9):1020–2.

  7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2014). Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

DAPATKAN KABAR TERBARU SEPUTAR DUNIA MEDIS

Anda berhasil mendaftar!

DIKELOLA OLEH PT GLOBAL URBAN ESENSIAL
bottom of page