Elemen Zink Sebagai Penopang Pertumbuhan dan Kehidupan Janin Intrauterin
Sumber: Medicinus Vol. 36 ISSUE 3, DECEMBER 2023
Adhi Pribadi
Divisi Kedokteran Fetomaternal Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, RSUP dr Hasan sadikin Bandung
Abstrak
Zink (zinc/Zn) adalah mineral penting yang diketahui mempunyai fungsi fisiologis yang berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Zink memainkan peran yang sangat penting dalam berbagai fungsi tubuh manusia, termasuk sintesis protein dan metabolisme asam nukleat. Zink juga merupakan salah satu nutrisi dasar yang dibutuhkan selama kehamilan untuk perkembangan normal dan pertumbuhan janin di samping mikronutrien lainnya seperti besi dan kalsium. Kekurangan zink selama kehamilan menyebabkan dampak permanen pada bayi baru lahir seperti gangguan pertumbuhan, abortus spontan, cacat bawaan, dan luaran kehamilan yang buruk. Zinc memainkan peran yang sangat penting dan kritis dalam berbagai fungsi tubuh manusia termasuk sintesis protein dan metabolisme asam nukleat. Dampak defisiensi Zn sangat menonjol bahkan pada kehidupan janin intrauterin. Studi suplementasi Zn pada populasi yang pernah dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil yang bertentangan pada berbagai outcome kehamilan. Defisiensi Zn menyebabkan potensi peningkatan stres oksidatif dan berakhir dengan kematian sel. Beberapa penelitian yang dilakukan mengenai status Zn pada ibu hamil menunjukan kadar Zn yang rendah pada neonatus dengan status kecil pada masa kehamilan serta peningkatan kasus preterm. Suplementasi zink oral merupakan upaya potensial untuk mengurangi risiko kelahiran bayi dengan berat badan rendah dan pada akhirnya mencegah morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir yang terkait dengan kondisi ini. Fungsi Zn pada ibu termasuk mendukung pertumbuhan uterus selama kehamilan dan menurunkan potensi preeklamsia, namun bukti yang mendukung suplementasi zink secara rutin masih belum tersedia. Dampak defisiensi zink relatif buruk selama kehamilan, meskipun demikian bukti penelitian mengenai kebutuhan suplementasi rutin yang diberikan pada semua ibu hamil masih menjadi perdebatan, karena manfaatnya yang secara metaanalisis tidak terlalu nyata. Suplementasi lebih disarankan pada populasi risiko tinggi agar tidak terjadi outcome yang buruk pada kehamilan.
Kata kunci: zink, stres oksidatif, kelainan kongenital, abortus, pertumbuhan janin terhambat, prematur
Abstract Zinc (Zn) is an essential mineral with physiological effects that is required to regulate immune system. Zinc is essential for a variety of human body activities, including protein synthesis and nucleic acid metabolism. It is also one of the fundamental nutrients required during pregnancy for appropriate fetal development and growth, along with iron and calcium. Zinc deficiency during pregnancy has long-term consequences for newborns, including stunted growth, spontaneous abortion, birth abnormalities, and poor pregnancy outcomes. Zinc is essential for a variety of human body activities, including protein synthesis and nucleic acid metabolism. Zn deficiency has a significant impact on intrauterine life. Previous population-based Zn supplementation research produced inconsistent results on various pregnancy outcomes. Zn deficiency increases the risk of oxidative stress, which leads to cell death. Several investigations on Zn status in pregnant women have found low Zn levels in neonates with small for gestational age and an increase in preterm births. Oral zinc supplementation has the ability to help reducing the number of low birth weight case and, consequently, the morbidity and mortality associated with this condition. The role of Zn for pregnant mother includes supporting uterine development during pregnancy and help lowering the risk of preeclampsia. However, there is no evidence to promote routine zinc supplementation. Zinc insufficiency has a particularly negative impact during pregnancy, however evidence for routine supplementation requirement to all pregnant women is still debatable, because the benefit in metaanalysis wasn’t too significant. Supplementation is advised in populations with high risk of poor pregnancy outcomes.
Keywords: zinc, oxidative stress, congenital abnormalities, abortion, fetal growth restriction, preterm birth
Pendahuluan
Fungsi plasenta yang adekuat akan mendukung perkembangan janin yang optimal. Pembuluh darah plasenta merupakan penghubung utama antara janin dan ibu untuk pertukaran nutrisi dan sisa hasil metabolisme.1 Gangguan pada proses dan fungsi plasenta dapat mengganggu perkembangan kehamilan yang secara otomatis akan mengakibatkan munculnya sejumlah komplikasi kehamilan, baik itu pada ibu atau pada janin.2 Beberapa gangguan tersebut di antaranya preeklamsia (PE) dan pertumbuhan janin terhambat (PJT).3 Peningkatan agen oksidatif stres pada plasenta juga dapat memengaruhi munculnya kondisi patologis pada kehamilan dengan komplikasi PE dan PJT.4 Meskipun mekanisme pastinya masih belum jelas, defisiensi mikronutrien juga diduga memainkan peran pada kondisi patologis tersebut.5
Unsur zink (zinc/Zn), merupakan unsur penting terutama pada fase percepatan pertumbuhan janin yang merupakan karakteristik di periode akhir kehamilan.6 Hal ini mengakibatkan bila terdapat gangguan kadar Zn pada akhir kehamilan mungkin berperan dalam terjadinya PJT. Elemen Zn merupakan unsur yang penting dalam pembentukan berbagai jenis protein di dalam plasenta untuk menunjang pertumbuhan janin, termasuk pembentukan antioksidan dan protein yang berperan sebagai sinyal pembentukan dan ekspresi gen, atau secara langsung berperan dalam pembentukan DNA dan RNA, sehingga apabila unsur zink mengalami gangguan akan meningkatkan terjadinya potensi malformasi embriogenesis dan meningkatkan potensi kelainan kongenital.7,8,9 Kejadian kecacatan berat pada masa awal kehamilan juga dapat meningkatkan peluang abortus, oleh karena itu kejadian abortus berulang termasuk hal yang dikhawatirkan bila terjadi gangguan unsur Zn ini.10 Mekanisme yang dijelaskan di atas menjadi alasan bahwa pemberian Zn pada suplemen yang dikonsumsi ibu hamil setiap hari sangat penting agar pertumbuhan janin tetap terjaga, dan mekanisme perbaikan DNA dapat berlangsung normal bagi ibu dan janin.
Faktor yang berpengaruh terhadap kadar Zn dalam plasma
Adaptasi hemodinamik ibu terhadap kehamilan sangat penting untuk perkembangan dan fungsi plasenta yang optimal, karena aliran darah yang cukup ke plasenta mendukung pertumbuhan janin yang normal.1 Penelitian pada tikus menunjukan defisiensi Zn pada ibu secara konsisten menyebabkan penurunan pertumbuhan janin yang terlihat sejak pertengahan kehamilan hingga mendekati kehamilan cukup bulan.11 Berkurangnya aliran darah atau hemodinamik dari uterus ke plasenta selain menghambat transfer nutrisi ke janin, meningkatkan pula kejadian hipoksia pada janin sehingga berdampak pada produksi faktor-faktor yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah plasenta.12 Terjadinya PJT berhubungan dengan terganggunya kadar Zn karena perkembangan dan fungsi plasenta tidak optimal sehingga terjadi gangguan terhadap morfogenesis plasenta dan adaptasi kardiovaskular ibu terhadap kehamilan, khususnya tekanan darah ibu.13 Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar zink pada kelompok PJT sebesar 89,34±31,53 µg/dl dan pada neonatus normal sebesar 122,703±39,3 µg/dl.14
Kisaran referensi perkiraan kadar Zn serum pada populasi adalah sekitar 60-120 μg/dl, dengan kisaran sebesar 59-125 μg/dl untuk pria dan 50-103 μg/dl untuk wanita.15 Penelitian lain memberikan batasan yang berbeda, di mana kategori konsentrasi Zn serum didefinisikan sebagai defisiensi bila nilainya <60 μg/dl, defisiensi marjinal bila nilainya ≥60-<80 μg/dl, dan normal bila ≥80 μg/dl.16 Kondisi kesehatan apa pun yang menyebabkan hemolisis akan meningkatkan konsentrasi Zn plasma, karena eritrosit mengandung lebih banyak unsur Zn dibandingkan dengan plasma.17 Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengetahui efek dari konsentrasi Zn, baik yang berada dalam kisaran fisiologis normal, maupun kadar Zn yang lebih tinggi, terhadap kesehatan kehamilan dan fungsi plasenta. Konsentrasi Zn yang cukup dalam plasma diperlukan untuk mencegah gangguan kognitif selain PJT dan menurunkan efek teratogenik. Wanita hamil dianjurkan untuk mendapatkan asupan Zn harian sebesar 5-50 mg untuk menjaga kesehatan janin dan ibu.18 Penelitian lain dengan perlakuan dosis harian 30 mg menunjukkan hasil kasus bayi lahir mati dan kelahiran prematur secara signifikan lebih rendah pada kelompok yang diberi suplemen dibandingkan kelompok plasebo, morbiditas neonatal dini juga secara signifikan lebih rendah pada kelompok yang diberi suplemen.19 Secara kolektif, suplementasi Zn efektif dalam mengurangi komplikasi kehamilan dan infeksi neonatal dini pada wanita yang kekurangan Zn dari percobaan tersebut.
Kejadian defisiensi Zn pada ibu hamil juga ditemukan lebih tinggi pada wanita yang melahirkan bayi kecil untuk masa kehamilan dibandingkan dengan kehamilan tanpa komplikasi.20 Keadaan preeklamsia dan PJT dikaitkan dengan kejadian defisiensi Zn, kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta.20 Meskipun demikian konsentrasi Zn yang pasti berpengaruh terhadap fungsi plasenta manusia belum diketahui dengan pasti.
Percobaan pada hewan menunjukkan bahwa defisiensi Zn meningkatkan stres oksidatif plasenta dan mengurangi ukuran janin serta plasenta.21 Hal ini terjadi karena kekurangan Zn menyebabkan gangguan pembentukan berbagai protein plasenta yang berperan dalam pertumbuhan janin, di samping itu kemungkinan sebab lainnya yaitu terdapatnya tekanan arteri rata-rata yang lebih rendah pada akhir kehamilan yang mengakibatkan kurangnya aliran darah dan transpor nutrisi ke janin yang sedang berkembang.12 Mengingat banyaknya penelitian laboratorium dan kajian epidemiologi yang telah mengidentifikasi hubungan antara asupan Zn dan terjadinya komplikasi kehamilan, kemungkinan besar mikronutrien ini berkontribusi terhadap perkembangan dan fungsi plasenta manusia.
Stres oksidatif
Stres oksidatif ditandai oleh ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan, karena produksi spesies oksigen reaktif (ROS) yang berlebihan serta pengurangan mekanisme kontrol oleh sistem pertahanan antioksidan.22 Gangguan metabolisme ini mendukung terjadinya oksidasi biomolekuler serta berkontribusi terhadap kerusakan oksidatif dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan berkembangnya beberapa penyakit kronis seperti obesitas, penyakit kardiovaskuler, diabetes dan kanker, serta berbagai gangguan dalam proses kehamilan.22
Beberapa penelitian telah meneliti peran mineral dalam sistem pertahanan antioksidan. Secara khusus, Zn adalah salah satu mineral penting bagi kesehatan manusia karena berfungsi sebagai kofaktor untuk lebih dari 300 enzim dan 2.000 faktor transkripsi.23 Zink adalah mediator penting dari sinyal seluler yang bertindak terutama untuk meningkatkan aksi insulin. Insulin dikenal sebagai hormon penting dalam pemeliharaan glukosa dalam respons fisiologis. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa insulin memiliki efek antiinflamasi meskipun mekanisme molekuler imunomodulasi yang dipengaruhi oleh insulin masih belum jelas. Sebagai agen antiinflamasi, Zn memberikan stabilitas struktural pada membran sel dan juga merupakan pengatur ekspresi gen yang penting.
Zink bertindak sebagai kofaktor untuk enzim penting yang berkontribusi terhadap berfungsinya sistem pertahanan antioksidan. Selain itu, mineral ini melindungi sel terhadap kerusakan oksidatif karena bertindak dalam stabilisasi membran, menghambat enzim nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADPH) oxidase sebagai enzim prooksidan, dan menginduksi sintesis metallothionein sebagai antioksidan penyeimbang.24 Metallothionein terlibat dalam reduksi radikal hidroksil (OH) dan reduksi spesies oksigen reaktif yang dihasilkan dalam kondisi stres.24,25
Oksigen berpartisipasi dalam transfer elektron dengan penggunaan energi pada proses pembentukan adenosine triphosphate (ATP) dalam jumlah besar melalui mekanisme oksidatif fosforilasi.26 Proses ini dibutuhkan utamanya dalam menunjang aktivitas organisme dengan aktivitas multiseluler yang kompleks, di sisi lain proses ini tergolong rentan karena dapat menyerang molekul biologis individu itu sendiri, seperti proses metabolisme protein, lipid, atau pembentukan DNA. Akibatnya, tubuh manusia terus-menerus terkena serangan oksidatif dari spesies oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS).27 Sistem pertahanan antioksidan manusia yang kompleks diberikan kemampuan untuk beradaptasi dan umumnya dapat menjaga keseimbangan meskipun terus-menerus mendapat serangan ini. Meskipun demikian, terkadang keseimbangan ini dapat terganggu sehingga menyebabkan stres oksidatif yang berefek negatif.28 Proses stres oksidatif cukup beragam dengan efek akhir yang sama yaitu terjadi toksisitas oksigen pada sel. Stres oksidatif paling baik didefinisikan secara luas sebagai perubahan keseimbangan prooksidan-antioksidan yang menyebabkan potensi kerusakan tubuh. Stres oksidatif saat ini diketahui memainkan peran penting dalam patofisiologi berbagai kelainan, termasuk komplikasi kehamilan.
Konsep keseimbangan prooksidan-antioksidan sangat penting dalam memahami stres oksidatif karena beberapa alasan.29 Pertama, penekanannya adalah bahwa gangguan ini mungkin disebabkan oleh perubahan pada salah satu sisi keseimbangan (misalnya, tingginya ROS yang tidak normal atau defisiensi pertahanan antioksidan). Kedua, ini menyoroti konsentrasi homeostasis ROS. Meskipun ROS pertama kali menjadi perhatian sebagai produk sampingan yang berpotensi membahayakan pada metabolisme aerobik, kini diketahui bahwa ROS memainkan peran penting sebagai pembawa pesan sekunder dalam banyak jalur sinyal intraseluler. Pada akhirnya konsep keseimbangan merupakan fakta bahwa akan ada respons adaptasi bertahan terhadap stres oksidatif. Oleh karena itu, gangguan kecil pada keseimbangan ini cenderung menyebabkan adaptasi homeostasis sebagai respons terhadap perubahan lingkungan sekitar, sedangkan gangguan yang lebih besar dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dan berakhir dengan kematian sel.30
Definisi stres oksidatif yang diterangkan di atas sangatlah luas karena hasilnya sebagian bergantung pada kompartemen seluler tempat ROS dihasilkan. Terdapat banyak sumber potensial ROS, dan kontribusi relatifnya akan bergantung pada keadaan lingkungan yang ada. Karena reaksi ROS seringkali terbatas pada difusi, efek pada fungsi sel sangat bergantung pada biomolekul di sekitarnya. Oleh karena itu, trigger atau rangsangan yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda pula. Tanda lebih lanjut dari stres oksidatif yang memengaruhi gambaran klinisnya adalah bahwa stres oksidatif jarang terjadi secara terpisah. Sekarang diketahui bahwa interaksi kompleks terjadi antara oksidatif dan bentuk stres sel lainnya, seperti stres retikulum endoplasma.31 Oleh karena itu, manifestasi klinisnya akan bergantung pada keseimbangan aktivitas metabolisme pada jenis sel atau organ tertentu, sehingga dapat bervariasi dari satu sistem ke sistem lainnya.
Peran Zn selama masa kehamilan dan menyusui
Zink dikenal luas karena perannya yang krusial dalam pembelahan, diferensiasi, dan fungsi sel yang penting untuk pertumbuhan jaringan. Enzim yang bergantung pada Zn, faktor pengikat Zn, dan transporter Zn diperlukan dalam berbagai mekanisme kompleks selama replikasi, maturasi, dan adhesi sel, seperti metabolisme DNA dan RNA, pengenalan dan transduksi sinyal, ekspresi gen, serta regulasi hormon.23 Oleh karena itu, Zn merupakan nutrisi utama selama embriogenesis, pertumbuhan, dan perkembangan janin, serta fungsi kelenjar susu untuk sintesis dan sekresi susu dalam masa laktasi.32,33
Defisiensi Zn yang berat pada periode kehamilan mempunyai dampak buruk pada hasil kehamilan, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian pada hewan dan pada wanita hamil.34 Malformasi janin multipel, kematian embrio atau janin, keterbelakangan pertumbuhan janin, serta komplikasi yang mengancam jiwa ibu selama kehamilan maupun persalinan telah dijelaskan. Asupan zink ibu yang kurang memadai dapat memengaruhi outcome kehamilan dan perkembangan bayi. Studi suplementasi Zn terhadap outcome kehamilan dan bayi telah dibahas dalam sejumlah artikel review, evaluasi kritis terhadap hal ini sebagian tidak menunjukkan bukti bahwa suplementasi Zn secara rutin selama kehamilan dapat mencegah komplikasi ibu selama kehamilan dan persalinan. Metaanalisis dari Cochrane mengemukakan ulasan yang mencakup 25 uji coba terkontrol acak, yang melibatkan lebih dari 18.000 outcome wanita dan bayi yang dilahirkan. Suplementasi Zn pada kehamilan dapat membuat sedikit atau tidak ada perbedaan dalam mengurangi risiko kelahiran prematur, kelahiran mati, atau kematian di sekitar waktu kelahiran, dibandingkan dengan yang tidak diberikan suplementasi Zn atau plasebo. Suplementasi Zn dapat membuat sedikit atau tidak ada perbedaan dengan berat lahir bayi, dan mungkin membuat sedikit atau tidak ada perbedaan dengan jumlah bayi yang lahir baik dengan berat lahir rendah atau kecil untuk usia kehamilan mereka, dibandingkan dengan tanpa suplementasi Zn, atau dengan memberikan plasebo. Tidak dapat berpendapat bahwa suplementasi Zn mengurangi kematian pada bayi baru lahir, karena kepastian bukti sangat rendah. Tidak ada cukup bukti bahwa suplementasi Zn secara rutin selama kehamilan menghasilkan hasil yang lebih baik untuk wanita dan bayinya. Meningkatkan status gizi secara keseluruhan terutama di daerah berpenghasilan rendah akan lebih bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi bila dibandingkan pemberian unsur Zn secara tunggal pada wanita hamil. Hal ini mungkin harus menjadi prioritas penelitian yang mendesak di masa depan untuk meningkatkan kepercayaan bahwa pemberian suplementasi Zn sangat bermanfaat pada ibu hamil.35
Meskipun demikian, beberapa penelitian menunjukan bahwa suplementasi Zn dapat meningkatkan outcome kehamilan.18,36,37,38 Beberapa faktor mungkin menyebabkan kurangnya konsistensi antar penelitian, yaitu status Zn yang tidak seragam pada subjek penelitian, ukuran sampel yang tidak memadai, waktu dan durasi suplementasi Zn yang bervariasi, status berat badan, usia, penyakit pencernaan, faktor makanan yang memengaruhi Zn, bioavailabilitas, serta koeksistensi berbagai defisiensi mikronutrien.
Keseimbangan Zn selama kehamilan
Kebutuhan zink pada ibu hamil diperkirakan dari jumlah akumulasi zink pada jaringan ibu dan embrio/janin. Sekitar 100 mg total kebutuhan Zn yang diperoleh wanita hamil, 57% untuk kebutuhan janin, 6,5% pada plasenta, <1% pada cairan ketuban, 24% pada rahim, 5% pada jaringan payudara, dan 6,5% pada pertambahan cairan tubuh wanita hamil. Tambahan zink yang diperoleh selama kehamilan mewakili 5–7% dari zink seluruh tubuh pada wanita tidak hamil.39
Tergantung pada ketersediaan dalam pola makan wanita hamil, sekitar 2-4 mg tambahan Zn diperlukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tambahan ini, dengan rekomendasi suplemen Zn sekitar 11 mg/hari. Konsentrasi Zn plasma atau serum menurun 15-35% pada akhir kehamilan dibandingkan dengan konsentrasi sebelum hamil atau awal kehamilan. Penurunan kadar Zn plasma ini berhubungan dengan ekspansi volume plasma, yang meningkat sekitar 40% pada usia kehamilan 30 minggu. Konsentrasi Zn eritrosit meningkat 10-15% selama kehamilan meskipun disertai peningkatan volume plasma, total massa Zn dalam plasma dan eritrosit lebih tinggi pada wanita hamil dibandingkan pada wanita tidak hamil.39
Penurunan konsentrasi Zn plasma selama kehamilan dianggap sebagai respons fisiologis terhadap kehamilan, akibat hemodilusi, perubahan hormonal, peningkatan ekskresi Zn urin, peningkatan pengambilan Zn oleh jaringan ibu, serta transfer aktif Zn ibu-janin.12 Selain itu, persentase total zink serum yang terikat pada albumin dan afinitas zink terhadap serum albumin, lebih rendah pada wanita hamil dibandingkan dengan wanita tidak hamil.39 Hal ini juga berkontribusi terhadap penurunan konsentrasi total zink yang bersirkulasi selama kehamilan serta dapat memfasilitasi penyerapan zink oleh plasenta dan jaringan ibu seperti sumsum tulang dan hati.
Metallothionein eritrosit juga meningkat selama kehamilan. Metallothionein adalah protein pengikat zink dengan berat molekul rendah, kaya cysteine, dan diekspresikan secara spesifik dalam jaringan. Metallothionein memiliki sejumlah fungsi seluler yang kompleks, termasuk ekspresi gen, proliferasi, dan diferensiasi, mengatur homeostasis zink intraseluler, dan mengurangi stres oksidatif. Peningkatan metallothionein eritrosit selama kehamilan mungkin mencerminkan peningkatan kebutuhan Zn seluler seperti melindungi eritrosit ibu dari tekanan oksidasi yang terkait dengan peningkatan kebutuhan oksigen selama kehamilan.40
Paparan lingkungan terhadap zat beracun (logam berat, pestisida, dioksin, hidrokarbon aromatik polisiklik, nikotin, dll.) dan agen infeksi (HIV dan infeksi menular seksual lainnya, tuberkulosis, malaria, parasit usus, dll.), diketahui mengganggu homeostasis Zn. Infeksi pada wanita hamil atau menyusui dengan asupan Zn rendah dapat mengalihkan Zn yang terbatas di jaringan untuk memenuhi demand dari sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat kadar Zn tersedia lebih sedikit untuk janin atau pembentukan kelenjar susu. Kadar Zn plasma menurun sebagai bagian dari respons fase akut terhadap infeksi untuk memungkinkan peningkatan beberapa aspek respons imun (perekrutan neutrofil, aktivitas sel natural killer, dan fagositosis makrofag).
Keseimbangan Zn selama laktasi
Konsentrasi Zn dalam ASI menurun selama enam bulan pertama, kebutuhan rata-rata untuk Zn yang diserap adalah 1,35 mg/hari. Kebutuhan Zn tambahan neonatus untuk periode enam bulan menyusui eksklusif adalah sekitar 2 mg/hari.33 Kebutuhan tambahan ini diperkirakan menjadi asupan tambahan 4 mg Zn per hari, meningkat 50% dibandingkan dengan wanita tidak menyusui.
Laktasi memberi dorongan yang signifikan pada mekanisme fisiologis ibu untuk mempertahankan homeostasis Zn, terutama selama beberapa minggu awal pascamelahirkan. Sekresi Zn susu rata-rata 2-3 mg/hari selama bulan pertama, menurun menjadi sekitar 1 mg/hari pada 3 bulan, dan terus menurun setelahnya menjadi sekitar 0,6 mg/hari. Kebutuhan Zn yang tinggi pada laktasi dini dapat dipenuhi sebagian dengan memobilisasi Zn ibu dari jaringan yang mengalami involusi setelah melahirkan yaitu uterus, eritrosit, dan tulang trabekuler. Diperkirakan bahwa sekitar 30 mg Zn, atau sekitar 1 mg/ hari, dapat dilepaskan dari jaringan ibu yang berinvolusi selama bulan pertama menyusui. Sekitar 30% dari total Zn tubuh terdapat dalam jaringan tulang, dan diperkirakan sekitar 4-6% massa tulang ibu hilang selama 6 bulan laktasi ekslusif.39
Gambar 1. Fungsi dan efek defisiensi Zn pada kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Burton GJ, Jauniaux E. The human placenta: new perspectives on its formation and function during early pregnancy. Proc. R. Soc. 2023;B290:20230191.
Schreiner C, Powell TL, Palmer C. et al. Placental proteins with predicted roles in fetal development decrease in premature infants. Pediatr Res. 2022;92:1316–24.
Putra IWA. Molecular Development of Placenta and Its Relationship with Preeclampsia and Fetal Growth Restriction. European Journal of Medical and Health Sciences 2022;4(4):38–42.
Mert I, Oruc AS, Yuksel S, Cakar ES, Buyukkagnici U, Karaer A, et al. Role of oxidative stress in preeclampsia and intrauterine growth restriction. J Obstet Gynaecol Res. 2012;38(4):658-64.
5.Anto EO, Boadu WIO, Addai-Mensah O, Wiafe YA, Owiredu WKBA, Obirikorang C. et al. Association between micronutrients, oxidative stress biomarkers and angiogenic growth mediators in early and late- onset preeclamptic Ghanaian women. SAGE Open Medicine 2023;11:1-16.
Wang H, Hu YF, Hao JH, et al. Maternal zinc deficiency during pregnancy elevates the risks of fetal growth restriction: a population-based birth cohort study. Sci Rep. 2015;5:11262.
Banupriya N, Bhat BV, Vickneshwaran V, Sridhar MG. Effect of zinc supplementation on relative expression of immune response genes in neonates with sepsis: A preliminary study. Indian J Med Res. 2020;152(3):296-302.
Yan M, Song Y, Wong CP, Hardin K, Ho E. Zinc deficiency alters DNA damage response genes in normal human prostate epithelial cells. J Nutr. 2008;138(4):667-73.
Moghimi M, Ashrafzadeh S, Rassi S, Naseh A. Maternal zinc deficiency and congenital anomalies in newborns. Pediatr Int. 2017;59(4):443-6.
Saremi A, Roomandeh N, Sanaye Naderi M, Younesi B, Lashgari P, Zare A. Evaluation of serum zinc levels in women with recurrent spontaneous abortion. SJMR 2017;2(3):159-63.
Zong L, Wei X, Gou W, Huang P, Lv Y. Zinc improves learning and memory abilities of fetal growth restriction rats and promotes trophoblast cell invasion and migration via enhancing STAT3-MMP-2/9 axis activity. Oncotarget. 2017;8(70):115190-201.
Wilson RL, Leemaqz SY, Goh Z, McAninch D, Jankovic-Karasoulos T, Leghi GE, et al. Zinc is a critical regulator of placental morphogenesis and maternal hemodynamics during pregnancy in mice. Sci Rep. 2017;7(1):15137.
Gernand AD, Schulze KJ, Stewart CP, West KP Jr, Christian P. Micronutrient deficiencies in pregnancy worldwide: health effects and prevention. Nat Rev Endocrinol. 2016;12(5):274-89.
Malia M, Yusrawati, Sukma R. Differences of Zinc and Copper Levels In Placenta Blood Normal Neonates and Intrauterine Growth Restriction. Journal of Midwifery 2018;3(2):19-25.
Barman N, Salwa M, Ghosh D, Rahman MW, Uddin MN, Haque MA. Reference Value for Serum Zinc Level of Adult Population in Bangladesh. EJIFCC 2020;31(2):117-24.
Yokokawa H, Fukuda H, Saita M, Miyagami T, Takahashi Y, Hisaoka T, Naito T. Serum zinc concentrations and characteristics of zinc deficiency/marginal deficiency among Japanese subjects. J Gen Fam Med. 2020;21(6):248-55.
.Killilea DW, Rohner F, Ghosh S, Otoo GE, Smith L, Siekmann JH, King JC. Identification of a Hemolysis Threshold That Increases Plasma and Serum Zinc Concentration. J Nutr. 2017;147(6):1218-25.
Chaffee BW, King JC. Effect of zinc supplementation on pregnancy and infant outcomes: a systematic review. Paediatr Perinat Epidemiol. 2012;Suppl 1(01):118-37.
Nossier S, Naeim N, El-Sayed N, Abu Zeid A. The effect of zinc supplementation on pregnancy outcomes: A double-blind, randomised controlled trial, Egypt. British Journal of Nutrition 2015;114(2):274-85.
Wang H, Hu YF, Hao JH, Chen YH, Su PY, Wang Y, et al. Maternal zinc deficiency during pregnancy elevates the risks of fetal growth restriction: a population-based birth cohort study. Sci Rep. 2015;5:11262.
Olechnowicz J, Tinkov A, Skalny A, et al. Zinc status is associated with inflammation, oxidative stress, lipid, and glucose metabolism. J Physiol Sci 2018;68:19–31.
Ribeiro SM, Braga CB, Peria FM, Domenici FA, Martinez EZ, Feres O, et al. Effect of Zinc Supplementation on Antioxidant Defenses and Oxidative Stress Markers in Patients Undergoing Chemotherapy for Colorectal Cancer: a Placebo-Controlled, Prospective Randomized Trial. Biol Trace Elem Res. 2016;169(1):8-16.
Eide DJ. Transcription factors and transporters in zinc homeostasis: lessons learned from fungi. Crit Rev Biochem Mol Biol. 2020;55(1):88-110.
Lee SR. Critical Role of Zinc as Either an Antioxidant or a Prooxidant in Cellular Systems. Oxid Med Cell Longev. 2018;2018:9156285.
Marreiro DD, Cruz KJ, Morais JB, Beserra JB, Severo JS, de Oliveira AR. Zinc and Oxidative Stress: Current Mechanisms. Antioxidants (Basel). 2017;6(2):24.
Ahmad M, Wolberg A, Kahwaji CI. Biochemistry, Electron Transport Chain. [Updated 2022 Sep 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan. Available from: https:// www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526105/
Auten, R., Davis, J. Oxygen Toxicity and Reactive Oxygen Species: The Devil Is in the Details. Pediatr Res. 2009;66:121–7.
Patel R, Rinker L, Peng J, Chilian WM. Reactive Oxygen Species: The Good and the Bad [Internet]. Reactive Oxygen Species (ROS) in Living Cells. InTech; 2018. Available from: http://dx.doi.org/10.5772/ intechopen.71547
Milkovic L, Cipak Gasparovic A, Cindric M, Mouthuy PA, Zarkovic N. Short Overview of ROS as Cell Function Regulators and Their Implications in Therapy Concepts. Cells. 2019;8(8):793.
Pisoschi AM, Pop A. The role of antioxidants in the chemistry of oxidative stress: A review. Eur. J. Med.Chem. 2015;97:55–74.
Almanza A, Carlesso A, Chintha C, Creedican S, Doultsinos D, Leuzzi, B, et al. Endoplasmic reticulum stress signalling – from basic mechanisms to clinical applications. FEBS J. 2018;286:241-78.
Garner TB, Hester JM, Carothers A, Diaz FJ. Role of zinc in female reproduction. Biol Reprod. 2021;104(5):976-94.
Aumeistere L, Ciproviča I, Zavadska D, Bavrins K, Borisova A. Zinc Content in Breast Milk and Its Association with Maternal Diet. Nutrients. 2018;10(10):1438.
Durrani AM, Parveen H. Zinc Deficiency and Its Consequences During Pregnancy. In: Khan, S.T., Malik, A. (eds) Microbial Biofertilizers and Micronutrient Availability. Springer, Cham. 2022.
Cochrane Library. Available from: https://www.cochrane.org/CD000230/PREG_zinc-supplementation- improving-pregnancy-and-infant-outcome.
Karamali M, Heidarzadeh Z, Seifati SM, et al. Zinc supplementation and the effects on metabolic status in gestational diabetes: a randomized, double-blind, placebo-controlled trial. J Diabetes Complicat. 2015;29:1314–9.
Karamali M, Heidarzadeh Z, Seifati SM, et al. Zinc supplementation and the effects on pregnancy outcomes in gestational diabetes: a randomized, double-blind, placebo-controlled trial. Exp Clin Endocrinol Diabetes 2016;124:28–33.
Hafeez A, Mehmood G, Mazhar F. Oral zinc supplementation in pregnant women and its effect on birth weight: a randomised controlled trial. Archives of Disease in Childhood - Fetal and Neonatal Edition 2005;90:F170-1.
Donangelo CM, King JC. Maternal zinc intakes and homeostatic adjustments during pregnancy and lactation. Nutrients. 2012;4(7):782-98.
Caulfield LE, Donangelo CM, Chen P, Junco J, Merialdi M, Zavaleta N. Red blood cell metallothionein as an indicator of zinc status during pregnancy. Nutrition 2008;24(11-12):1081-7.