Demensia, atau yang lebih dikenal secara awam dengan istilah pikun, merupakan suatu kondisi yang identik dengan gangguan daya ingat. Faktanya, demensia tidak terbatas pada gangguan daya ingat saja. Demensia merupakan istilah umum untuk menggambarkan kumpulan gejala penurunan fungsi kognitif seperti daya ingat, kemampuan berpikir dan berkomunikasi, emosi, pengambilan keputusan, dan fungsi otak lainnya, hingga pada derajat tertentu menghambat kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta dapat menyebabkan perubahan perilaku penderitanya.
Demensia bukanlah bagian normal dari proses penuaan, terdapat perbedaan gejala pikun normal yang disebabkan oleh faktor usia dengan yang disebabkan oleh demensia. Demensia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit dan umumnya ditemukan pada lansia, meski dapat pula terjadi pada orang yang berusia lebih muda. Penyakit Alzheimer merupakan penyebab yang paling umum, dengan jumlah kejadian kira-kira dua pertiga dari semua kasus demensia. Alzheimer adalah penyakit progresif pada otak, di mana struktur otak mengalami kerusakan dari waktu ke waktu. Semakin banyak bagian otak yang rusak, gejala yang timbul pun menjadi lebih parah. Penyakit ini menyebabkan penurunan kemampuan kognitif secara bertahap, yang seringkali bermula dengan penurunan daya ingat.
Penyebab penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti. Salah satu fenomena yang teramati pada demensia tipe Alzheimer adalah adanya penumpukan suatu protein yang abnormal di dalam otak. Penumpukan tersebut menyebabkan terganggunya struktur dan kerja sel saraf serta menghalangi pengiriman sinyal komunikasi antara sel saraf, bahkan dapat menyebabkan kerusakan dan kematian pada sel saraf di otak. Kerusakan dan kematian sel saraf tersebut menyebabkan gangguan pada fungsi otak yang ditandai gangguan pada memori, perubahan kepribadian, gangguan pada aktivitas sehari-hari, dan gejala Alzheimer lainnya.
Gejala demensia akibat penyakit Alzheimer biasanya berkembang secara lambat. Berikut adalah gejala-gejala yang biasanya muncul:
Gangguan daya ingat, frekuensi lupa sangat tinggi
Sulit untuk fokus
Sulit melakukan kegiatan yang familiar sehari-hari
Disorientasi terkait waktu dan tempat
Kesulitan memahami visuospasial seperti membaca dan mengukur jarak
Gangguan komunikasi karena kesulitan menemukan kata yang tepat
Menaruh barang tidak pada tempatnya
Salah membuat keputusan, misal: memakai baju tidak serasi, kesulitan menghitung uang saat transaksi
Menarik diri dalam pergaulan, menunjukkan perubahan perilaku dan kepribadian.
Terapi demensia akibat penyakit Alzheimer dapat berupa terapi obat dan tanpa obat. Terapi tanpa obat misalnya dengan edukasi, grup dukungan, konseling, serta kelas terapi dan aktivitas. Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy) dapat diterapkan pada pasien yang mengalami gangguan perilaku seperti depresi, kecemasan, dan gangguan emosi. Terapi stimulasi kognitif, rehabilitasi kognitif, dan aktivitas lain dapat dilakukan untuk membantu agar pikiran tetap aktif dan aktivitas harian pasien terbantu. Pada pasien Alzheimer seringkali terjadi gangguan tidur, dalam kasus ini biasanya pasien mendapatkan terapi dan konseling untuk mengatasi gangguan tidur yang dialaminya. Suplementasi dengan phosphatidylserine, asam lemak omega-3, atau ginkgo biloba yang diyakini dapat membantu masalah ingatan pada penderita demensia, juga dapat digunakan sebagai terapi komplementer.
Terapi obat untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer ataupun menghentikan perburukannya sampai saat ini belum ditemukan. Meskipun demikian, beberapa jenis obat, seperti donepezil, galantamine, rivastigmine, dan memantine, ternyata dapat mengurangi dan menstabilkan beberapa gejala demensia yang dialami pasien. Obat-obatan ini bekerja dengan cara membantu komunikasi antar sel saraf di otak sehingga dapat mengurangi gangguan kognitif pada pasien Alzheimer seperti kehilangan ingatan, kebingungan, serta permasalahan dalam pemikiran dan penalaran. Hasil terapi obat dapat bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Pada beberapa orang bahkan dapat membantu memperbaiki kondisi mental dan kemampuan pasien dalam aktivitas sehari-hari sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peran Donepezil dalam Tata Laksana Demensia Alzheimer
Donepezil merupakan suatu obat yang termasuk dalam golongan acetylcholinesterase inhibitor (AChEI) yang telah mendapatkan persetujuan untuk digunakan dalam terapi penyakit demensia Alzheimer. Donepezil bekerja dengan cara berikatan dengan enzim acetylcholinesterase. Enzim acetylcholinesterase memiliki fungsi untuk secara cepat menghidrolisis substansi acetylcholine, suatu neurotransmitter alami di dalam tubuh, saat berpindah dari satu sel ke sel yang lain. Obat golongan acetylcholinesterase inhibitor (AChEI), seperti donepezil, dapat mempertahankan kadar acetylcholine yang lebih tinggi sehingga memungkinkan komunikasi antar sel yang lebih baik dan diharapkan dapat menstabilkan serta memperbaiki gejala-gejala kognitif yang muncul pada demensia Alzheimer. Donepezil memiliki beberapa keuntungan dalam penggunaan jangka panjang, seperti profil keamanan yang baik, potensi interaksi obat yang relatif rendah, dan dapat digunakan secara tunggal maupun kombinasi dengan obat lainnya seperti dari golongan NMDA-agonist (memantine). Berdasarkan PPK Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia PERDOSSI (2015), donepezil dapat digunakan pada berbagai tipe dan derajat keparahan demensia.
Studi randomized controlled trial menunjukkan bahwa donepezil memberikan perbaikan pada pasien demensia Alzheimer tahap awal (early-stage) yang terukur melalui skor Mini-Mental State Examination (MMSE) dan Alzheimer Disease Assessment Scale-cognitive subscale (ADAS-cog), hal ini mendukung rekomendasi untuk memberikan intervensi segera jika pasien terdiagnosis dengan demensia Alzheimer untuk dapat memperoleh outcome yang lebih baik. Hasil yang baik juga dijumpai pada studi double-blind, parallel-group, placebo-controlled pada pasien demensia Alzheimer berat (severe). Terdapat perbaikan kognisi dan stabilisasi fungsi yang signifikan lebih baik pada kelompok yang mendapatkan terapi dengan donepezil.
Memberikan obat kepada penderita demensia umumnya memiliki tantangan tersendiri, baik berupa hambatan fisiologis (contoh: kesulitan menelan) hingga hambatan perilaku (contoh: pasien sering mengamuk). Oleh karena itu, di pasaran obat donepezil tidak hanya tersedia dalam bentuk sediaan tablet konvensional, namun tersedia pula dalam bentuk orally disintegrating tablet (ODT). Bentuk sediaan ODT merupakan tablet yang akan hancur dengan cepat (umumnya dalam hitungan detik) setelah mengalami kontak dengan air liur di rongga mulut. Teknologi penghantaran obat ini memungkinkan zat aktif dapat segera dilepaskan begitu obat diletakkan di atas lidah, dan tidak membutuhkan bantuan air untuk menelan obat. Bentuk sediaan ODT memiliki beberapa keuntungan dalam hal pemberian obat, antara lain:
Dapat menghantarkan obat pada pasien yang memiliki hambatan menelan obat (pediatri, geriatri, pasien psikiatri, pascastroke, dsb.)
Menghantarkan obat dengan cepat
Penggunaan lebih mudah dan nyaman, bahkan jika tidak terdapat akses air minum
Minim risiko tersedak.
Pentingnya Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Demensia Penyakit Alzheimer sangat berpengaruh pada kualitas hidup pasien dan keluarga yang merawatnya. Kepatuhan minum obat merupakan faktor penting keberhasilan terapi pasien demensia akibat Alzheimer, namun menjadi tantangan tersendiri mengingat gangguan kognitif dan keterbatasan yang dialaminya. Selain keterbatasan pasien, aturan minum obat yang terlalu rumit, kesulitan minum obat, pengetahuan dan kepercayaan tentang penyakit dan obatnya, adanya efek samping, kualitas hubungan pasien dan dokter, serta ekspektasi yang terlalu tinggi menjadi faktor penting yang berkontribusi terhadap kepatuhan minum obat. Oleh karena itu, kerja sama antara profesional kesehatan, pasien dan keluarga yang merawat pasien sangat penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien minum obat.
Berikut ini beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien demensia:
Edukasi pasien dan keluarga yang merawat Edukasi sangat penting untuk meningkatkan pemahaman pasien dan memperbaiki ekspektasi terkait perkembangan penyakit dan pengobatan yang diterima.
Meningkatkan komunikasi antara dokter/tenaga kesehatan dengan pasien dan keluarga yang merawat Dokter/tenaga kesehatan diharapkan memahami kepercayaan dan pemahaman pasien dan melakukan kontak atau monitoring yang lebih sering.
Memilih terapi obat dengan aturan pakai yang lebih mudah, bentuk sediaan dan rute pemberian yang lebih sederhana (seperti bentuk sediaan ODT), serta efek samping yang lebih rendah. Bagi penderita demensia, dukungan dan bantuan dari keluarga, teman, dan yang merawatnya sangat penting dan dapat membawa perbedaan positif dalam menangani penyakit serta meningkatkan kualitas hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brady R, Weinman J. Adherence to cholinesterase inhibitors in alzheimer’s disease: a review. Dement Geriatr Cogn Disord 2013;35:351-63.
Alzheimer’s Indonesia. Alzheimer & Demensia. Yayasan Alzheimer Indonesia 2019. Available from: URL: https://alzi. or.id/alzheimer-demensia/
Alzheimer’s Association. Alzheimer’s and dementia treatments. Alzheimer’s Association 2020. Available from: URL: https://www.alz.org/alzheimers-dementia/treatments
Alzheimer’s Society. Treatments for dementia. Alzheimer’s Society United Against Dementia 2020. Available from: URL: https://www.alzheimers.org.uk/about-dementia/types-dementia/treatments-dementia#content-start
Bernabei R, et al. Compliance and caregiver satisfaction in alzheimer’s disease: results from the AXEPT study. Dement Geriatr Cogn Dis Extra 2012;2(1):418-32.
Lum ZK, et al. Medication compliance in Singaporean patients with alzheimer’s disease. Singapore Med J 2019;60(3):154- 60.
Winblad B, et al. Donepezil in patients with severe Alzheimer’s disease: double-blind, parallel-group, placebo-controlled study. Lancet 2006;367(9516):1057-65.
Seltzer B, et al. Efficacy of donepezil in early-stage Alzheimer disease: a randomized placebo-controlled trial. Arch Neurol 2004;61(12):1852-6.
Jelic V and Darreh-Shori T. Donepezil: A Review of Pharmacological Characteristics and Role in the Management of Alzheimer Disease. Clinical Medicine Insights: Therapeutics 2010;2:771–788.
Kumar MV, et al. Orally Disintegrating Tablet: A Review. International Research Journal of Pharmacy 2011;2(4):16-22.
PPK Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia PERDOSSI, 2015
Sumber: Medicinus Desember 2020 vol. 33 issue 3